TUGAS IMUNISASI CAMPAK
Disusun untuk mata kuliah
“ILMU KESEHATAN ANAK”
Dosen : NS. ERNA RAHMA YANI, S.Kep.,M.Kep.,Sp.A
Disusun Oleh:
Kelompok V
1. Dyah Hendrawati 2. Evi Nyoman Eko W. 3. Kristina Dwi R. 4. Siti Maryam | 5. Suci Wiyanti 6. Tutik Handayani 7. Yeni Susila Kartikawati L |
POLTEKES KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KEDIRI
2010 – 2011
IMUNISASI CAMPAK
Latar Belakang
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak, yaitu:
a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tive Ed monston B)
b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium).
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID atau sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin hidup pemberian dengan 20 TCID saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan secara SC, walaupun demikian dapat diberikan secara IM.
Pada saat ini di negara yang sedang berkembang, angka kejadian campak masih tinggi dan seringkali dijumpai penyakit, maka WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan. Untuk negara maju imunisasi campak (MMR) dianjurkan pada anak berumur 12-15 bulan dan imunisasi kedua (booster) juga dengan MMR dilakukan secara rutin pada umur 4-6 tahun, tetapi dapat juga diberikan setiap waktu semasa periode anak dengan tenggang waktu paling sedikit 4 minggu dari imunisasi pertama.
Imunisasi campak tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker/transplantasi organ, mereka yang mendapat pengobatan imunosupresif jangka panjang/anak imunocompromi sed yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa imunosupresif berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak.
Kesulitan untuk mencapai dan mempertahankan angka cakupan yang tinggi bersama-sama dengan keinginan untuk menunda pemberian imunisasi sampai antibodi maternal hilang merupakan suatu hal yang berat dalam pengendalian penyakit campak. Pada anak-anak di negara berkembang, antibodi maternal akan hilang pada usia 9 bulan, dan pada anak-anak di negara maju setelah 15 bulan.
Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara. Salah satu indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelakasanaan program imunisasi.
Dari hasil studi Badan Penelitian dan Pengembangan dan Dirjen PPM & PL Depkes mengenai campak didapatkan:
· Survei di empat provinsi, 18,6 % - 32,6 % anak sekolah mempunyai kadar campak dibawah batas perlindungan.
· Dijumpai kasus campak pada anak usia sekolah.
· Beberapa provinsi masih melaporkan KLB campak.
Akhirnya Depkes mengubah strategi reduksi dan eliminasi campak, sebagai berikut:
· Disamping imunisasi umur 9 bulan diberikan juga imunisasi campak kesempatan kedua (second opportunity pada crash program campak) pada umur 6-59 bulan & SD kelas 1-6. Crash program campak ini telah dilakukan secara bertahap (5 tahap) di semua provinsi pada tahun 2006-2007.
· Selanjutnya imunisasi campak dosis kedua diberikan pada program School Based Cathch-up Campaign, yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas 1 dan program BIAS.
· Apabila telah mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan umur 6 tahun, ulangan campak SD kelas 1 tidak diperlukan.
Pembahasan
CAMPAK
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus viridae measles.
Gejala:
- Demam, batuk, pilek,
- Mata tampak kemerahan dan berair,
- Kadang-kadang diare.
Komplikasi: diare hebat, peradangan pada telinga, ISPA (pnemonia).
Penularan: melalui udara melalui droplet bersin/batuk dari penderita.
VAKSIN CAMPAK
JENIS DAN SIFAT VAKSIN.
Merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM dan tidak lebih dari 100 mcg residu kenamycin dan 30 mcg residu erythromycin.
Indikasi: untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Kemasan
· 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.
· 1 vial berisi 10 dosis.
· 1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml.
· Vaksin ini berbentuk beku kering
Penyimpanan Vaksin Campak
· Disimpan pada suhu 2ºC sampai 8ºC
· penempatan vaksin campak diletakkan di dekat evaporator pada lemari es.
· Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena sinar ultra violet.
· Pelarut vaksin campak disimpan pada suhu kamar, pelarut tidak boleh beku.
· Tidak boleh terendam air.
Cara pemberian dan dosis:
1. Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
2. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas.
Usia pemberian:
9-11 bulan dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD).
Kontra indikasi:
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.
Efek samping:
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari.
Persiapan alat imunisasi
1. Logistik
- Vaccine carrier / thermos.
- Cool pack / kotak dingin cair
- Vaksin / pelarut
- Alat suntik (ADS)
- Safety box
- Kapas
- Bahan penyuluhan (poster, leflet)
- Alat tulis
- Kartu imunisasi (buku KIA)
- Kohort
- Plastik sampah
- Sabun untuk cuci tangan
- Anafilaktik kit.
2. Tempat kerja
- Mudah diakses
- Tidak terkena langsung dengan sinar matahari, hujan atau debu
- Cukup tenang dan terang
3. Cara pemberian vaksin yang tepat dan aman
Sebelum pelaksanaan imunisasi:
a. Periksa label vaksin dan pelarut
b. Periksa tanggal kadaluarsa
c. Periksa VVM
d. Jangan gunakan:
1. Vaksin tanpa label
2. Vaksin yang kadaluarsa
3. Vaksin dengan status VVM telah C atau D.
Pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ( KIPI )
Definisi KIPI adalah kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi.
REAKSI KIPI CAMPAK
· Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakannya vaksin campak yang dilemahkan.
· Gejala KIPI berupa demam lebih 39,5ºC, terjadi pada 5-15% kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi berlangsung 2 hari.
· Berbeda dengan infeksi alami, demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadi kejang demam.
· Ruam dapat dijumpai 5% resipen, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit alami.
· Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi diperkirakan resiko terjadinya kedua efek saming tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin.
1. Pertanyaan dari kelompok 3 :
Apakah pada bayi usia 9 bulan akan di vaksinasi campak lagi,bila saat bayi sebe
lum usia 9 bulan sudah terkena penyakit campak?
Jawaban :
Perlu karena campak tidak member kekebalan seumur hidup
2. Pertanyaan dari kelompok 4 :
Apakah perlu di vaksinasi campak bila anak sudah berusia 1 tahun belum di
Campak ?
Jawaban :
Bisa ,karena usia belum melebihi 15 bulan
( Buku Pedoman Imunisasi 2008 hal 174)
3. Pertanyaan dari kelompok 2 :
Kapan vaksinasi campak ulangan diberikan ?
Jawaban :
Pada umur 6-7 thn saat kelas 1 SD
4. Pertanyaan dari kelompok 4 :
Apakah pasien dengan penyakit TB dan yang masih dalam pengobatan TB
bisa diberikan vaksinasi campak ?
Jawaban :
Tidak boleh di vaksinasi, sebab akan memperberat penyakit TB nya,
dan pada pasien yang masih dalam program pengobatan akan terganggu
karena bisa merusak efek obat tersebut
5. Pertanyaan dari kelompok 3 :
Berapa jamkah maksimal vaksin dapat diberikan setelah vaksin dilarutkan ?
Jawaban :
Vaksin campak yang sudah dilarutkan dapat bertahan 6-8 jam
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Direktorat Jenderal PP & PL Depkes RI. Jakarta: 2005.
Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ke tiga. 2008
Pelatihan Safe Injection Unicef On The Job Training ( OJT ).
Imunisasi Dasar Bagi Pelaksana Imunisasi / Bidan. Depkes RI. 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar